Sutradara Asal Prancis Masuk Islam Karena Charlie Hebdo,

Sutradara dari Prancis Masuk Islam
Sutradara Asal Prancis Masuk Islam Karena Charlie Hebdo, : Sutradara asal Prancis Isabelle Matic mengambil keputusan jadi mualaf, sekian hari sesudah serangan Charlie Hebdo (baca : Bos Majalah Charlie Hebdo Tewas Dalam Serangan Brutal).

Ketentuan itu di sampaikan Matic lewat status di account Facebook-nya yang berbahasa Prancis pada 11 Januari 2015. “Antara penembakan yang berlangsung di Charlie Hebdo serta peristiwa lain sesudahnya : saya putuskan jadi muslim, ” kata Matic seperti yang diambil dari onislam.net, Ahad, 18 Januari 2015.

Salah satu yang mengakibatkannya memutuskan itu, kata Matic, lantaran ia terkesima lewat cara Nabi Muhammad hadapi masyarakat Mekkah dahulu waktu ia mengajak mereka masuk Islam. “Masyarakat Mekkah dahulu mengejeknya. Tetapi Nabi cuma tersenyum, ” kata Matic.

“Kebaikan serta langkah melawan kejahatan Tersebut yang di ajarkan nabi, ” kata Matic. “Jadi saat Charlie Hebdo menerbitkan kartun penghinaan nabi itu, janganlah merespons. Janganlah beri provokasi yang mereka ingin. ”

Pandangan itu, kata dia, sangatlah sesuai sama prinsip pribadinya jauh saat sebelum ia memeluk Islam serta waktu Charlie Hebdo mulai menerbitkan kartun-kartun hinaan berlandaskan satire. “Mereka cuma menghina ciri-ciri dalam imajinasi mereka. Namun ciri-ciri itu tidaklah nabi kita, ” kata Matic. Tetapi, dia memberikan keyakinan ketentuan itu tidak bakal membuatnya buta pada kebebasan berekspresi. Pengumuman Matic ini pernah dimuat dalam surat berita Maroko.

Rabu lantas, majalah Charlie Hebdo kembali menerbitkan kartun Muhammad di halaman muka dengan judul “Semua Sudah Dimaafkan”. Gambar depan itu mengilustrasikan Muhammad dengan tangis di pipi, tengah memegang kertas bertuliskan “Je suis Charlie”.

Edisi ini yaitu yang pertama kalinya sesudah penembakan berdarah di kantor redaksi Charlie di Paris. Sejumlah 10 jurnalis serta dua polisi tewas ditembak dua orang teroris

Baca Juga : Dugaan Penyebab Penembakan di Kantor Charlie Hebdo