Tanggapan Baju Palu Arit Anindya Kusuma Putri |
" Saya ada disini mau klarifikasi photo saya memakai pakaian palu arit pada th. 2013. Pada awal mulanya waktu itu saya turut organisasi Presiden AIESEC Local Committee pada th. 2013-2014. Sepanjang aktivitas di AIESEC saya dari delegasi Indonesia untuk pertukaran diluar negeri, " ucap Anindya di Graha Mustika Ratu, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (24/2).
Menurut Anindya kaos itu pemberian dari peserta yang datang dari Vietnam. Di Vietnam komunisme memanglah mengakar serta simbol palu arit juga sebagai simbol partai komunis bukanlah hal yang dilarang. Partai komunis adalah pemegang supremasi yang cukup kuat di negara itu.
" Saya kerap tukeran t-shirt dengan 130 negara yang lain. Saya kasih kaos simbol garuda, mereka kasih semasing simbol negara. Termasuk juga dari Vietnam. Kita kerap tukeran tidak hanya kaos dari Vietnam saja, " ucapnya.
Anindya meneruskan tidak cuma kaos itu yang ia gunakan dari hasil pertukaran AIESEC. Lambang palu dari kaos yang dipakainya mewakili buruh, sesaat arit adalah lambang petani. Lambang ini sudah lekat dengan komunisme mulai sejak revolusi Rusia di th. 1917.
" Ada pakaian yang saya gunakan dari Amerika. Ada tampilan saya yang seperti teroris dari Mesir. Cocok aktivitas itu, saya photo ya seperti saya gunakan pakaian umum. Sebatas menghormati rekan saya yang saya kasih batik, " ucapnya.
Sekarang ini Anindya sudah meniadakan tulisan fotonya yang menggunakan pakaian palu arit. Hal semacam itu untuk hindari perseteruan di sosial media. Ia kembali menyatakan bahwa ia memakainya cuma untuk menghormati rekan.
" Ada acara menanam pohon, ada teman-teman dari Vietnam. Tersebut maksud saya gunakan palu arit untuk menghormati rekan-rekan saya dari Vietnam yang datang waktu itu, " tandasnya.
Berita terbaru lainnya: